• Selamat Datang Di Portal TPID Provinsi Lampung
+ (007) 548 58 5400
+ (007) 548 58 5400
7:30 AM - 7:30 PM
Monday to Saturday

Admin Berita TPID

Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah yang dirangkai dengan rapat penanggulangan Tuberculosis dan Polio secara virtual

Senin (08/07/24), Rakor dipimpin oleh Plt. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Tomsi Tohir, yang dalam kesempatan tersebut mengungkapkan bahwa saat ini mayoritas daerah di Indonesia sudah dapat menangani inflasi dengan baik.

“Sudah banyak mayoritas daerah-daerah yang bisa mengendalikan dengan baik, namun ada daerah-daerah yang juga mungkin sudah berupaya tetapi ada kendala-kendala lain, kami berharap bisa memaksimalkan,” ungkapnya.

Tomsi Tohir menegaskan bahwa diperlukan kesungguhan dalam menangani inflasi.

“Dari materi-materi yang kita selalu bahas setiap minggu, ini bukan sesuatu hal yang sulit, tetapi perlu sungguh-sungguh dan terus menerus kita memantaunya,” lanjutnya.

Kepada daerah yang angka inflasinya masih tinggi, Tomsi Tohir berharap dapat melakukan upaya dalam mengendalikan inflasi di daerahnya masing-masing.

“10 Provinsi yang tertinggi di pagi hari ini, kami berharap bahwa gubernur bisa berupaya mengumpulkan lagi kabupaten kota terutama yang masih sangat tinggi sehingga bisa mengambil langkah-langkah terus yang terbaik untuk menurunkan juga menjadi akumulatif terhadap provinsi masing-masing,” harapnya.

Sementara itu, Plh. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, M. Habibullah mengungkapkan bahwa saat ini inflasi nasional mengalami deflasi -0,08%>

“Inflasi Juni, seperti minggu lalu itu terjadi deflasi -0,08% kalau kita lihat inflasi tahunan itu terjadi deflasi 2,51% demikian juga inflasi year to date 1,07%,” jelasnya.

M. Habibullah juga mengungkapkan bahwa sepanjang periode 2020-2024, secara bulanan komponen harga bergejolak relatif lebih sering mengalami inflasi dibandingkan deflasi.

Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah secara virtual oleh Plt. Sekjen Kemendagri Tomsi Tohir

Selasa (02/07/24), Plt. Sekjen Kemendagri Tomsi Tohir menyebutkan, inflasi nasional pada bulan Juni 2024 sebesar 2,51% (yoy) dan inflasi Juni 2024 terhadap Mei 2024 sebesar -0,08% (mtm). Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun 2023.

Bagi daerah dengan angka inflasi masih diatas angka nasional, Tomsi Tohir meminta agar terus melakukan upaya-upaya dalam mengendalikan inflasi di daerah masing-masing.

“Lakukan pengecekan harga (komoditas) yang masih tinggi. Terus lakukan upaya-upaya dan evaluasi. Cek betul pelaksanaannya di lapangan,” kata Tomsi Tohir.

Plh. Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa M. Habibullah menerangkan, kelompok makanan minuman dan tembakau kembali menjadi kelompok utama penyumbang deflasi pada Juni 2024 dengan tingkat deflasi yang lebih dalam dibandingkan Mei 2024.

Adapun beberapa komoditas utama yang menjadi penyumbang andil deflasi pada Juni 2024 adalah komoditas bawang merah, tomat, daging dan telur ayam ras.

Rapat Koordinasi yang dipimpin Menteri Dalam Negeri RI, terkait Pengendalian Inflasi Daerah yang dirangkaikan dengan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Polio secara virtual

Senin, (24/06/24), Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian dalam kesempatan tersebut menyampaikan apresiasi kepada daerah yang terus melakukan upaya pengendalian inflasi di daerah.

“Saya ucapkan terima kasih banyak kepada rekan-rekan tim pengendalian inflasi daerah,” ungkapnya.

Dengan kisaran inflasi yang berada diangka 2,84%, Mendagri juga menjelaskan bahwa terjadi deflasi bulan ke bulan yaitu bulan Mei terhadap bulan April.

“Terjadi deflasi bulan ke bulan mei terhadap April minus 0,03% artinya baik biasanya makanan minuman tembakau ini kita lihat, yang biasanya merah adalah makanan minuman tembakau tapi ini relatif terkendali dan ini saya kira di tingkat dunia kita juga masuk salah satu di angka yang bagus,” jelasnya.

Namun demikian, Mendagri mengungkapkan bahwa angka inflasi nasional ini belum tentu menggambarkan angka inflasi di daerah.

“Angka nasional 2,84% itu tidak berarti itu menunjukkan angka semua daerah sama seperti itu. Daerah berbeda-beda,” tegasnya.

Untuk daerah-daerah yang tinggi, Mendagri meminta daerah-daerah tersebut untuk melakukan upaya dalam menurunkan inflasi di daerahnya.

“Daerah yang tinggi-tinggi saya minta betul untuk melakukan langkah-langkah, mengevaluasi apa penyebab kenaikan atau tingginya inflasi di daerahnya. Kenaikan harga barang jasa di daerahnya ini kenapa. Upaya apa yang dilakukan untuk menurunkannya, lakukan langkah-langkah koordinasi dengan stakeholder terkait,” pungkasnya.

Sementara itu, terkait Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Polio Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin dalam kesempatan tersebut mengungkapkan bahwa penyakit polio sudah sempat hilang di Indonesia.

Rapat Pembahasan Penyaluran LPG 3 kg pada Hari Libur Nasional dan Hari Keagamaan selama Tahun 2024 yang dihadiri unsur Bapenda

Jum’at 14 Juni 2024, Kepala Biro Perekonomian Setda Provinsi Lampung, Rinvayanti memimpin Rapat Pembahasan Penyaluran LPG 3 kg pada Hari Libur Nasional dan Hari Keagamaan selama Tahun 2024 yang dihadiri unsur Bapenda, Dinas ESDM, Diskominfotik, Disperindag, Satuan Polisi Pamong Praja, Biro Hukum, Biro Perekonomian, Tim Satgas Pangan, Pertamina, Hiswana Migas, dan YLKI, di Ruang Rapat Asisten Perekonomian Pembangunan Sekda Provinsi Lampung.

Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang dirangkaikan dengan Penanggulangan Tuberculosis secara virtual yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian

Senin, (10/06/24), Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, dalam kesempatan tersebut mengungkapkan bahwa angka inflasi di Indonesia berada di angka yang cukup baik.

“Inflasi global kita saat ini, kita di angka 2,84% itu adalah peringkat ke 73 dari 186 negara di dunia, artinya kita bagus posisinya. Beberapa negara inflasi sangat tinggi. Kemudian untuk di G20, kita juga cukup baik di angka 2,84% peringkat 14 dari 24 negara dan kemudian di tingkat Asean terjaga cukup baik di angka tersebut, peringkat 6 dari 11 negara Asean,” ungkapnya.

Mendagri menjelaskan bahwa apabila angka inflasi Indonesia terlalu rendah juga akan buruk bagi sebagian besar masyarakat yang merupakan produsen.

“Kita tidak pernah mentarget seperti Brunei Darussalam -0,2% karena kita selain negara konsumen juga negara produsen yang harus mendapatkan angka yang bisa menyeimbangkan antara menyenangkan konsumen, barang ada harga terjangkau, tapi juga menyenangkan para produsen, petani dan lain-lain. Kalau terjadi devaluasi inflasi terlalu rendah maka kasian pedagang, pengusaha, pabrik, petani karena mereka akan bahkan bisa rugi menutup ongkos produksi,” jelasnya.

Mendagri juga mengungkapkan bahwa secara resmi pada awal bulan, Angka inflasi di Indonesia pada posisi year-on-year nya 2,84% dibanding dengan bulan sebelumnya Year-on-year nya 3%.

“Jadi terjadi penurunan. Tapi indikator yang paling penting adalah inflasi dari bulan ke bulan, dari bulan April ke bulan mei baru kali ini sepertinya dari tahun kita mulai rapat September 2022 itu terjadi deflasi -0,03% dan kita melihat dari sebelumnya 0,25%,” lanjutnya.

Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah melalui Virtual Meeting yang dipimpin oleh Plt. Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri, Tomsi Tohir

Senin (27/05/24), Kepala Biro Perekonomian Setda Provinsi Lampung, Rinvayanti mendampingi Staf Ahli Gubernur Lampung bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Zainal Abidin mengikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah melalui Virtual Meeting yang dipimpin oleh Plt. Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri, Tomsi Tohir. Pada pembukanya, Plt. Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri Tomsi Tohir menyampaikan bahwa terdapat beberapa hal yang menjadi penekanan oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, diantaranya agar Kepala Daerah dapat membuat konsep perencanaan dan langkah antisipasi dalam upaya penanganan inflasi.

“Begitu juga kami harapkan teman-teman Kepala Daerah, membuat perencanaan satu tahun dengan berkaca kepada tahun-tahun yang lalu, dengan berkaca kepada kegiatan-kegiatan masyarakat di sana, acara-acara yang dapat mengakibatkan kebutuhan itu meningkat, atau juga cuaca yang dapat mengakibatkan distribusi terganggu, ini tolong dibuat perencanaannya kemudian langkah antisipasinya apa. Boleh kita berbicara jangka pendek, tetapi jangka panjang, melaksanakan MoU antar daerah dan lain sebagainya, ini harus benar-benar dilaksanakan. Kemudian penanaman harus benar-benar dilaksanakan,” ujarnya.

Selanjutnya, Ia turut melaporkan Simpulan Hasil Monev Tim Aparat Pengawasan Intern Pemerintah terkait upaya yang dilakukan dan dilaporkan Pemda dalam tahun 2024. Dari simpulan tersebut, Ia menyampaikan bahwasanya Pemda sudah mulai aktif dan angkanya sudah mulai naik. Namun demikian, masih belum cukup. Di mana dari jumlah 552 Kabupaten/Kota dan Provinsi di Indonesia, baru sekitar 70-80% Kepala Daerah yang memberikan perhatian cukup besar.

Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah melalui Virtual Meeting yang dipimpin oleh Plt. Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri, Tomsi Tohir

Senin (20/05/24), Rapat ini diawali dengan penyampaian laporan terkait Tinjauan Inflasi dan Indeks Perkembangan Harga Minggu Ke-3 Mei 2024 oleh Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini. Ia melaporkan, bahwa secara historis dari 2020-2023, pada bulan Mei selalu mengalami inflasi dan inflasi tertinggi terjadi pada Mei 2022 sebesar 0,40%. Dengan kelompok yang dominan menyumbang andil inflasi pada periode Mei adalah Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau. Terkecuali pada Mei 2020, di mana kelompok tersebut memberikan andil deflasi.

Komoditas yang paling sering memberikan andil inflasi pada inflasi Mei adalah bawang merah, daging ayam ras, ikan segar, dan daging sapi. Adapun inflasi komoditas bawang merah dan daging sapi menunjukkan tren kenaikkan sejak Maret 2024. Sedangkan, komoditas daging ayam ras menunjukkan tren penurunan pada April 2024. Meski mengalami penurunan, komoditas daging ayam ras tetap perlu diwaspadai dengan adanya kenaikan harga yang cukup tinggi pada bulan-bulan sebelumnya.

Beralih ke Indeks Perkembangan Harga (IPH) Minggu Ke-3 Mei 2024 yang diolah berdasarkan data SP2KP (pencatatan tanggal 13 s.d. 17 Mei 2024), dilaporkan bahwa secara nasional, jumlah Kabupaten\/Kota yang mengalami kenaikan IPH pada M3 Mei mengalami penurunan dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Sedangkan, jumlah Kabupaten\/Kota yang mengalami penurunan IPH pada M3 Mei bertambah.

Diskusi Ekonomi Triwulan (DISKON-TRI) Triwulan I Tahun 2024

Selasa (14/05/24), Kepala Biro Perekonomian Setda Provinsi Lampung Rinvayanti menyampaikan bahwa diadakannya diskusi ini bertujuan untuk mendapatkan masukan dari berbagai pihak terkait upaya ataupun strategi yang perlu dilakukan untuk mengungkit dan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Lampung di tahun 2024.

Kepala Biro Perekonomian Rinvayanti juga menyampaikan beberapa strategi yang harus dilakukan. Menurutnya, yang utama adalah dengan melihat kontribusi pertumbuhan dari sektor pertanian yang semakin menurun. Untuk itu, harus ada upaya-upaya yang perlu dilakukan.

“Ini sepertinya butuh juga dari hulu dan hilir. Dari hulu ini gimana kita meningkatkan produksi, meningkatkan produksi ini butuh penguasaan IPTEK. Namun, dari hilir juga butuh industri pengolahan, butuh investasi untuk mendorong industri pengolahan dan penyerapan tenaga kerja untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ini,” ujarnya.

Kepala Bidang Perencanaan Perekonomian Bappeda Provinsi Lampung Ridwan Saifuddin menyampaikan bahwa Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung (%, q-to-q) pada Q1 Tahun 2024 berada pada angka -1,24% dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung (%, y-to-y) pada Q1 Tahun 2024 di angka 3,30%.

Selain itu, untuk distribusi dan pertumbuhan PDRB menurut lapangan usaha triwulan I-2024 (y-o-y), terdapat 3 sektor teratas dengan distribusi (%) tertinggi, yaitu Pertanian di angka 23,78% dan pertumbuhan di angka -10,97%, Industri di angka 18,92% dan pertumbuhan di angka 6,51%, serta Perdagangan di angka 14,66% dan pertumbuhan di angka 8,58%.

Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah secara virtual yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian.

Senin (13/05/24), Dalam rapat koordinasi tersebut Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, menyampaikan bahwa inflasi Indonesia year-on-year mengalami penurunan.

“Badan Pusat Statistik sudah mengeluarkan rilis tentang inflasi di Indonesia yaitu di angka 3% year-on-year dan ini turun dari 3,05% tahun ke tahun. Kemudian yang menarik adalah inflasi bulan ke bulan dari bulan Maret ke bulan April itu terjadi penurunan yang sangat signifikan dari 0,52% ke angka 0,25%,” terangnya.

Dengan demikian, Mendagri menyampaikan bahwa angka ini relatif terkendali dan masih dalam rentang target pemerintah pusat

“Target pemerintah pusat tahun ini inflasi kita di angka 2,5% plus minus 1% artinya antara 1,5% terendah dan tertinggi di angka 3,5%. Angka 3% adalah angka yang masih sangat bisa terkendali yang artinya terjadi stabilitas harga barang dan jasa,” lanjutnya.

Menteri Dalam Negeri juga memaparkan bahwa saat ini Inflasi dan pertumbuhan ekonomi itu menjadi indikator utama pengendalian ekonomi Indonesia dan saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,11%.

“Dengan angka 5,11% ini kita di negara G20 kita berada di peringkat 2 setelah china. Ini angka yang sangat bagus, sangat stabil dan menjadi sorotan dunia, tapi angka itu juga tidak menggambarkan daerah, ada daerah yang tinggi ada juga daerah yang masih rendah,” lanjut Mendagri.

Dalam kesempatan tersebut, Mendagri menyampaikan apresiasi dari Presiden RI atas dilaksanakannya rapat koordinasi pengendalian inflasi yang dilaksanakan setiap minggu antara Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah.

Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah secara daring oleh Plt. Sekjen Kemendagri Tomsi Tohir

Senin (06/05/24), Dalam rakor tersebut, Plt. Sekjen Kemendagri Tomsi Tohir mengapresiasi pemerintah daerah yang telah melakukan gerakan menanam, dan meminta kepala daerah untuk terus melakukan perencanaan gerakan tanam dengan baik dan berkesinambungan sehingga memperoleh hasil yang signifikan.

“Bila perlu, ajak pihak ketiga, khususnya yang berkaitan dengan cabai, bawang merah. Terutama provinsi-provinsi dan kabupaten yang berada di Sumatera. Lahannya subur, sehingga ada kemampuan untuk melakukan penanaman tersebut,” ujar Plt. Sekjen Kemendagri Tomsi Tohir.

Sementara itu, Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan bahwa Inflasi sepanjang momen Ramadan dan Idul Fitri relatif terkendali. Harga-harga komoditas pangan relatif stabil bahkan sejumlah komoditas mengalami deflasi seperti cabai merah, cabai rawit, beras dan telur ayam ras.

Tingkat inflasi bulanan April 2024 (0,25%) lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama di tahun lalu. Sedangkan inflasi tahunan April 2024 (3%) lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.

Pada momen lebaran 2024, kelompok transportasi menjadi penyumbang andil inflasi terbesar. Utamanya disebabkan oleh komoditas tarif angkutan udara dan tarif angkutan antar kota.

Kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami deflasi setelah tiga tahun berturut-turut menjadi penyumbang inflasi pada momen lebaran. Inflasi lebaran April 2024 diredam oleh beberapa komoditas diantaranya cabai merah, beras, telur ayam ras dan cabai rawit. Komoditas beras bahkan mengalami deflasi seiring dengan peningkatan produksi beras.